Perubahan Sistem Pembelajaran Musik Iringan Jathilan Turonggo Muda


By Muh Salim

Dalam perubahan sistem pembelajaran musik iringan Jathilan Turongggo Muda terdapat beberapa aspek yang akan dibahas dalam tulisan ini, yakni pada penyebab serta bentuk dari perubahan sistem pembelajaran musik itu sendiri.

  1. Faktor-faktor penyebab perubahan sistem pembelajaran.

Ada beberapa faktor pendorong yang menyebabkan perubahan pada sistem pembelajaran musik iringan Jathilan Turonggo Muda, diantaranya adalah:

  • Kemauan /motivasi para pemusik –generasi penerus- iringan Jathilan untuk menghafalkan gendhing-gendhing dalam Jathilan sangat kurang.
  • Kondisi para sesepuh pengajar karawitan sudah tidak memungkinkan lagi untuk melatih para penerus mereka.
  • Notasi balungan memudahkan proses dalam belajar menabuh gamelan .
  • Munculnya gendhing-gendhing komposisi baru ( salah satunya adalah Lancaran Variasi) yang dibuat oleh  para pengrawit muda Jathilan dan harus didokumentasikan.

  1. Bentuk perubahan dalam sistem pembelajaran.musik iringan Jathilan

Dalam pembahasan bentuk perubahan ini saya akan membaginya dalam dua periode, yaitu bentuk pembelajaran musik iringan Jathilan sebelum tahun 2000 dan sesudah tahun 2000.

  • Sistem Pembelajaran Sebelum Tahun 2000

Sebelum tahun 2000 (sebelum terjadi proses regenerasi dari generasi tua ke generasi muda) atau pada saat sesepuh -Jathilan saat ini- masih aktif dalam kelompok Jathilan (masih ikut nari dan nggamel) proses pembelajaran musik iringan Jathilan masih dengan sistem lisan atau oral. Pada masa itu para generasi muda penerus Jathilan hanya diberi contoh mengenai gendhing-gendhing iringan Jathilan. Biasanya saat pentas para pengrawit muda yang sudah cukup senior diminta untuk bermain bersama dengan para sesepuh agar nantinya mereka bisa memberikan contoh kepada para pengrawit muda lainnya. Dengan kata lain secara tidak langsung mereka (pengrawit muda) sudah mendapat pengajaran mengenai gendhing-gendhing iringan Jathilan dari para sesepuh mereka.

Gendhing-gendhing yang diajarkan/didapat pengrawit muda dari para sesepuhnya diantaranya adalah gendhing lancaran manyar sewu, lancaran bendrongan, lancaran kotek, gendhing Jathilan serta bentuk gangsaran dan sampak.

  • Sistem Pembelajaran Setelah Tahun 2000

Setelah tahun 2000, (saat terjadi proses regenerasi dari generasi tua ke generasi muda) perubahan sistem pembelajaran musik iringan Jathilan mulai berubah, dari yang semula menggunakan sistem oral yang harus mengandalkan daya tangkap serta ingatan para pengrawit, menjadi sistem campuran (notasi dan lisan atau oral).

Meskipun penggunaan notasi (hanya notasi balungan) sudah digunakan, namun teknik pengajaran oral (dengan mencontohkan teknik tabuhan) masih tetap ada. Seperti yang dikatakan Kuswaya bahwa teknik imbal pada saron harus dicontohkan terlebih dahulu karena tidak ditulis dalam notasi.

Berikut ini adalah notasi gendhing-gendhing iringan Jathilan (struktur penulisan disesuaikan dengan dokumen aslinya) yang diajarkan dengan sistem campuran.

  1. . Lancaran Variasi

Bk : . . . .  2

3 5 6 3  6 5 3 2  2 1 2 3  2 1 2 6

2 6 2 6  2 1 2 3  5 3 5 6  2 1 6 5

3 3 3 6  5 3 6 5  6 5 6 5  2 2 2 2

  1. Lancaran Manyar Sewu

Bk :  . 1 . 6  . 1 . 6  . 5 . 3

. 5 . 3  . 5 . 3  . 5 . 3  . 6 . 5

. 6 . 5  . 6 . 5  . 6 . 5  . 3 . 2

. 3 . 2  . 3 . 2  . 3 . 2  . 1 . 6

. 1 . 6  . 1 . 6  . 1 . 6  . 5 . 3

  1. Gangsaran

. 2 . 2  . 2 . 2  . 2 . 2  . 2 . 6

  1. Lancaran Kotek

. 3 . 6  . 3 . 6  . 3 . 6  . 3 . 2

. 3 . 6  . 3 . 6  . 3 . 6  . 3 . 2

. 5 . 3  . 2 . 1  . 3 . 2  . 1 . 6

. 5 . 3  . 2 . 1  . 3 . 2  . 1 . 6

  1. Gangsaran

. 2 . 2  . 2 . 2  . 2 . 2  . 2 . 3

  1. Lancaran Bendrongan

. 5 . 3  . 5 . 2  . 5 . 2  . 5 . 3

. 5 . 3  . 5 . 2  . 5 . 2  . 5 . 2

. 1 . 6  . 1 . 5  . 1 . 5  . 1 . 6

. 1 . 6  . 1 . 5  . 1 . 5  . 1 . 6

. 2 . 3  . 2 . 1  . 6 . 5  . 2 . 3

  1. Sampak 9

5 5 5 5  1 1 1 1  1 1 1 1  2 2 2 2

6 6 6 6  6 6 6 6  1 1 1 1  5 5 5 5

5 5 5 5  2 2 2 2  2 2 2 2  5 5 5 5

  1. ”Gendhing Jathilan” (Istilah/penyebutan lokal)

. 6 . 5  . 6 . 5 . 6 . 5  . 6 . 5

Notasi tersebut digunakan saat para pemain musik (pengrawit muda) berlatih maupun saat pentas, dengan tujuan agar tidak lupa urut-urutan gendhing yang disajikan saat pentas nantinya.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan sistem pembelajaran musik Iringan Jathilan Turonggo Muda. Perubahan ini terjadi saat proses regenerasi pemain musik/pengrawit dari generasi tua (sesepuh Jathilan saat ini) ke generasi muda.

Penyebab dari perubahan sistem ini disebabkan oleh beberapa factor pendorong antara lain : kemauan /motivasi para pemusik –generasi penerus- iringan Jathilan untuk menghafalkan gendhing-gendhing dalam Jathilan sangat kurang; kondisi para sesepuh pengajar karawitan sudah tidak memungkinkan lagi untuk melatih para penerus mereka; Notasi balungan memudahkan proses dalam belajar menabuh gamelan; munculnya gendhing-gendhing komposisi baru yang dibuat oleh  para pengrawit muda Jathilan dan harus didokumentasikan.

Bentuk perubahan yang ada pada sistem pembelajaran musik iringan Jathilan adalah yang dahulu menggunakan sistem oral atau lisan –dengan mencontohkan permainan gendhing- berubah menjadi sistem campuran (sistem oral dan notasi)

Daftar Pustaka

Soedarsono (ed.). Mengenal Tari-tarian Rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta. ASTI Yogyakarta. 1976

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.2005.

. Instrumen, Garap Karawitan Gaya Magelang. Laporan penelitian kelompok. Pande Made Sukerta dkk. STSI Surakarta. 1994

Explore posts in the same categories: Analisa Musik Nusantara, Etnomusikologi, Musikologi

Tinggalkan komentar