Analisa SWOT Potensi Perekonomian Bangsa Indonesia


Warren Buffet mengatakan : “Pengusaha  cermat selalu lebih mengantisipasi potensi resiko ketimbang hanya melulu memikirkan  keuntungan, karena  keuntungan akan datang dengan sendirinya setelah resiko diminimalisir”

Dalam kesempatan tulisan ini, saya akan mengaplikasikan teori SWOT (strength, weakness, opportunities and threat) pada perekonomian Indonesia. Penulis yakin bahwa konsep tersebut banyak pelaku bisnis sudah mengetahuinya. Ditambah lagi teori ini dapat diaplikasikan pada seluruh aspek kehidupan manusia, mulai management, keluarga, organisasi bahkan dapat menganalisa potensi suatu bangsa.

Secara garis besar, teori SWOT dibagi 2 yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah kondisi yang telah kita miliki yang mana dapat dikondisikan, diatasi dengan tindakan yaitu” strength dan weakness. Sedangkan faktor eksternal adalah kondisi yang dari luar system, negara yang hanya dapat diatasi dengan antisipasi, negosiasi, perundingan yaitu “opportunities dan threat”.

Sekarang, kita mencoba analisa SWOT potensi bangsa kita ini dengan mengambil salah satu tinjauan kasus. Diketahui bersama bahwa Belanda menjajah Indonesia untuk merampas hasil rempah tanah air kita karena bangsa Indonesia terkenal dengan kekayaan hasil bumi.  Tetapi di lain pihak, Indonesia sampai sekarang masih lemah dalam  infrastruktur. Dari 2 pernyataan tersebut terkesan bertentangan yang berarti mempunyai makna bahwa hasil bumi yang dihasilkan tanah air kita akan mempunyai biaya distribusi yang mahal ketika harus berhadapan dengan minimnya infrastruktur (lack of infrastructure).
Akhirnya sering kita temui import komoditi hasil bumi bisa lebih murah dari pada hasil bumi lokal, seperti: kedelai, buah-buahan, sampai beras pun pernah import.
Masih segar diingatan kita Indonesia jual gas ke China dengan harga  sangat murah yang menjadi harga tetap (fixed price) dalam kontrak yang berlaku sehingga akhirnya pemerintah melakukan negosiasi ulang untuk menaikkan harga penjualan gas.
Ulasan di atas dapat memetakan analisa SWOT Indonesia sebagai berikut :

Strength (internal side) :kaya hasil bumi
Weakness(internal side) :minim infrastruktur
Opportunity(external side) : target market di luar negri
Threat (external side) : berubahnya harga komoditi
Mengacu pada pernyataan Warren Buffet di atas, mari kita lebih fokus pada hal-hal yang mengandung potensi resiko dengan klasifikasikan pembobotan sebagai berikut :

“Berubahnya harga komoditi” bobot : 4
“Minim infrastruktur” bobot : 3
“Target market di luar negeri” bobot : 2
“Kaya hasil bumi” bobot : 1
Pembobotan adalah skala prioritas yang harus lebih diperhatikan sebagai antisipasi resiko yang akan timbul, jadi bobot 4 harus didahulukan antisipasinya secara eksternal dan bobot 3 yang harus didahulukan penyelesaiannya dari sisi internal.
Secara eksternal , yang semestinya dilakukan bangsa Indonesia adalah mewaspadai kondisi global dari seluruh aspek baik ekonomi, pilitik, sosial dan budaya ketimbang hanya melulu melihat target market tanpa memperhatikan hal-hal yang berpotensi menimbulkan resiko. Secara internal, yang semestinya dilakukan bangsa Indonesia adalah memperbaiki infrastruktur dahulu mulai jalan lintas provinsi, pelabuhan, telekomunikasi, sarana transportasi ketimbang eksploitasi hasil bumi habis-habisan yang akhirnya juga memiliki biaya yang tinggi dalam investasi karena lemahnya infrastruktur.
Dengan demikian, bangsa Indonesia harus bisa melihat potensi perekenomian dari sisi internal dan eksternal serta mampu klasifikasikan mana yang lebih mengandung resiko dan memberikan skala prioritas dalam menyikapinya. Penulis yakin bila kita telah mampu menganalisa secara SWOT maka arah perekonomian bangsa Indonesia akan sesuai dengan harapan kita semua.
Di bawah ini, mari kita aplikasikan Analisa SWOT untuk cadangan minyak Indonesia untuk menjawab tantangan industri minyak akhir-akhir ini, sebagai berikut :
Kita tidak mengerti, mengapa banyak program drilling, workover well, marginal field yang ditunda oleh body government karena alasan tidak efisien, disebabkan cost recovery nya tidak feasible. Padahal SBY-JK sudah menginstruksikan agar produksi minyak mentah harus 1 juta bopd (barrel oil per day) yang sekarang hanya dapat diproduksi 840,000 bopd. Berarti, terjadi miss link pada regulasinya, karenaArab Saudi, Malaysia, Nigeria dan Venezuela mampu mengeksplorasi minyak secara optimal dengan regulasi yang tepat, contoh : pihak asing hanya bertugas untuk mendapatkan cekungan minyak lalu dilanjutkan oleh National company seperti di Arab Saudi.
Berdasarkan research, crude oil reserve Indonesia masih mempunyai cadangan sekitar 20 sampai 30 tahun bila produksi 1 juta bopd. Namun bila peran regulasi tidak optimal maka cadangan minyak Indonesia hanyalah sebagai kapasitas terpasang saja. Sungguh sayang, hanya karena salah urus seolah-olah Indonesia menjadi miskin cadangan minyak sehingga harus mengimport dalam jumlah besar kekurangannya
klasifikasi Analisa SWOT :
Strength (internal side) :cadangan minyak
Weakness(internal side) :regulasi pemerintah
Opportunity(external side) : berkembangnya teknologi
Threat (external side) : berubahnya harga komoditi
Secara sisi internal, maka tindakan prioritas yang harus ditempuh adalah bagaimana melahirkan regulasi optimal supaya produksi minyak dapat mencapai target, ketimbang hanya eksplorasi terus tanpa mengantisipasi kelayakan ekonomisnya
Dari sisi eksternal, bangsa Indonesia harus cepat menyerap teknologi perminyakan ketimbang hanya menikmati tingginya harga minyak tanpa antisipasi yang komprehensif bila harga turun .

Pemetaan analisa SWOT Negara Singapore, China dan Jepang
Singapore, China dan Jepang jua telah menerapkan SWOT analysis. Ketiga Negara ini sangat paham dengan potensi mereka sehingga akhirnya mampu
Strength : infrastruktur memadai
Weakness : hasil bumi atau bahan baku terbatas
Opportunity : target market di luar negri
Threat : berubahnya harga komoditi
Singapore sukses dengan industri informasi teknologi serta jasa pelayanan (pelabuhan, airport, transit gudang). Dengan pemetaan SWOT tersebut membuka mata mereka mampu melihat peluang untuk menciptakan negaranya sebagai tempat persinggahan baik barang maupun otrang dari seluruh dunia. Dengan demikan, pemerintah Singapore berani membangun infrastruktur informasi teknologi canggih, fasilitas pelabuhan skala besar, airport modern, pusat perbelanjaan lengkap. Akhirnya para pendatang yang singgah mendapatkan suatu kenyamanan ketika sedang berada di Singapore.
Jepang sukses dengan industri otomatif dan China sukses dengan industri manufaktur karena mampu melewati resiko perubahan harga barang dan jasa pada kondisi perekonomian global serta juga mampu memproduksi barang-barang industri walaupun dengan mengimport bahan baku atau hasil bumi yang tidak dimiliki.

Selanjutnya mari kita lihat latar belakang sekilas ke-3 negara Singapore, China dan Jepang dan Indonesia sebagai berikut :
1. Singapore adalah city state yang penduduknya hanya sekitar 3 juta, tidak adanya sumer daya alam, hasil bumi dan lahan yang sempit. Sehingga Singapore harus import pasir untuk reklamasi pantainya. Sebelumnya juga pernah menjadi negara developing country
2. China adalah bekas negara tirai bambu yang tidak menerima kemajuan dari barat atau Amerika. Dengan penduduknya yang lebih dari 1 milyard juga merupakan potensi terjadinya skala pemogokan besar-besaran. Di tambah lagi iklim wilayah utara China juga tidak bersahabat bisa dingin sekali atau panas yang tinggi.
3. Jepang adalah negara yang pernah dibom tahun 1945 pada daerah industry Hiroshima dan Nagasaki, sempat mereka mengalami trauma yang akhirnya Jepang mengaku kalah tanpa syarat atas beberapa negara jajahannya seperti China dan Indonesia
4. Latar belakang bangsa Indonesia adalah sebuah negara yang pernah dijajah Belanda dan Jepang lalu merdeka tahun 1945. Pernah juga mengalami pemberontakan dalam negeri gestapu PKI tahun 1965.
Jadi bila kita bandingkan dari latar belakang ke-4 negara : Indonesia, Singapore, China dan Jepang masing-masing mempunyai pengalaman pahit pada masa sebelumnya. Namun yang membedakan adalah Singapore, China dan Jepang dapat dengan jeli memilah kekuatan dan kelemahan bangsa mereka secara internal maupun eksternal. Ditambah lagi, paradigma mereka secara integral adalah memulai dari antisipasi resiko ketimbang melulu memikirkan keuntungan. Sementara Indonesia selalu terbuai dengan dengan kekayaan sumber daya alam, suburnya tanah air tetapi lupa akan perbaikan infrastruktur, pelayanan publik dan antisipasi perubahan kondisi global.
Mari kita ubah paradigma dengan mulai kita memilah kekuatan dan kelemahan secara comprehensive lalu dengan mengacu dengan konsep Warren Buffet untuk mengantisipasi resiko lebih dahulu ketimbang hanya memikirkan keuntungan semata.Dengan melihat kenyataan ini, maka bangsa Indonesia harus cepat mencontoh 3 negara tersebut. Nggak perlu tunggu kapan, dan harus mulai dari diri sendiri. Yang perlu kita ingat : “Sumber daya yang kaya tidak akan berarti bila tidak dikelola dengan system yang jitu”. Mari kita terus berjuang untuk pembangunan ekonomi yang berkesinambunganan

Explore posts in the same categories: Analisa Swot

Tinggalkan komentar